Senin, 11 April 2011
Pentingnya Musik Dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia
MUSIK adalah salah satu cabang seni yang sangat dekat dengan kehidupan kita. Bahkan sejak kita masih bayi, mungkin, kita sudah dikenalkan dengan ‘seni musik’ oleh ibu kita, yaitu lewat nyanyian-nyanyian sederhana, misalnya: lagu Nina Bobo, Pelangi, Pak Pos, dan banyak lagi. Nyanyian-nyanyian itu juga menyemarakkan hidup kita hingga memasuki masa pendidikan prasekolah maupun awal-awal sekolah. Selama pendidikan sekolah formal maupun di lingkungan kita masing-masing, kita pun selalu dikenalkan yang nyanyian-nyanyian yang makin lama makin rumit seiring dengan makin bertambahnya tingkat pendidikan kita. Musik yang kita kenal pun bukan lagi hanya sekedar musik vokal tapi, lebih dari itu, kita pun mengenal instrumen-instrumen musik baik itu instrumen ritmis maupun melodis. Dan musik akan selalu mengiringi hidup kita hingga kita dewasa bahkan hingga kita kembali ke pangkuan-Nya.
Musik yang kita kenal pun tidak terbatas sebagai sarana hiburan saja melainkan juga musik sebagai salah satu bagian dari sebuah kebudayaan dari suatu bangsa, musik sebagai salah satu bagian dari ritus keagamaan, musik sebagai sarana peluap emosi, dan sebagainya.
Lebih dari semua hal diatas, musik adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kebudayaan. Lahirnya dan berkembangnya suatu kebudayaan oleh manusia sudah dipastikan tidak akan terlepas dari unsur musik. Pendek kata, setiap kebudayaan pasti memiliki musik tersendiri. Jadi sekali lagi dapat disimpulkan bahwa manusia tidak akan bisa terlepas dari musik!
Tapi yang perlu mendapat perhatian dan sekaligus menjadi keprihatinan yang mendasar adalah bahwa musik di Indonesia selama ini hanyalah sebagai hegemoni hiburan. Padahal fungsi dan manfaat musik tidaklah sesempit seperti yang ‘dihayati’ oleh kebanyakan orang Indonesia. Pemahaman dan penghayatan musik yang seperti itulah yang membuat penulis terdorong untuk mengungkapkan pikiran dan ide-ide demi peningkatan terhadap pemahaman dan penghayatan musik bagi bangsa Indonesia, yaitu pemanfaatan musik sebagai alat peningkat sumber daya manusia Indonesia. Sebab kita tahu pula bahwa sumber daya manusia Indonesia secara umum masih kalah dengan banyak bangsa-bangsa lain, terutama bangsa barat. Kerusuhan, pertikaian karena masalah SARA, ancaman generasi kurang gizi, tawuran pelajar, pergaulan dan seks bebas di kalangan remaja, narkotika, dan banyak permasalahan lagi, rasanya sudah cukup untuk menjadi bukti bahwa sumber daya manusia Indonesia secara umum sebaik banyak bangsa-bangsa di dunia ini. Dengan bertitik tolak dari keprihatinan itu semua, maka penulis mau menawarkan salah satu solusi untuk peningkatan sumber daya manusia Indonesia melalui pendidikan musik.
Namun terdapat hal yang mendasar dan penting dalam pengungkapan pemikiran serta ide-ide penulis dalam makalah ini. Penulis melihat musik disini dalam konteks musik seni barat yang bersifat diatonis; dan bukannya musik Indonesia yang bersifat pentatonis. Hal ini dikarenakan musik seni barat adalah musik yang lebih sistematis dan teratur.
Antara Kecerdasan dan Musik
Pada tahun 1938, M. Dide memulai penelitian mengenai hubungan antara otak kanan dengan musik. Selanjutnya dilakukan penelitian yang lebih intensif dan mendalam oleh Dr. Roger W. Sperry pada tahun 1981. Ia membagi wilayah otak manusia menjadi dua, berdasarkan fungsinya .
Otak kiri (left hemisphere) merupakan pusat pengendali fungsi intelektualitas. Misalnya logika, daya analitis, daya ingat, pemikiran konvergen, bahasa, perhitungan.
Otak kanan (right hemisphere) berdasar pada spontanitas dan pengendalian fungsi mental. Misalnya emosi, intuisi, hubungan ruang dan dimensi, pemikiran divergen, gambar, musik dan irama, gerak dan tari.
Dari hasil penelitian Dr. Roger W. Sperry itu, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya, musik dapat digunakan untuk menyeimbangkan dengan otak kiri. Dan keseimbangan antara kedua bagian otak tersebut dapat mempengaruhi kecerdasan kita. Pendek kata, musik bisa menjadi sarana untuk meningkatkan kecerdasan kita.
Penelitian-penelitian mengenai hubungan antara kecerdasan manusia dan musik banyak dilakukan dan semuanya makin menguatkan kesimpulan tadi, yaitu bahwa musik bisa menjadi sarana untuk meningkatkan kecerdasan kita.
Seorang biofisikawan dari Sekolah Musik di Providence, Rhode Island yang bernama Martin Garinder menyimpulkan bahwa pendidikan kesenian dapat berinteraksi dengan kecepatan seseorang menyerap mata pelajaran lainnya, misalnya menulis, membaca, maupun berhitung. Pernyataan itu didapatkannya dari penelitiannya terhadap 96 anak sekolah yang berusia antara lima sampai tujuh (5-7) tahun. Empat puluh delapan (48) siswa pertama didikutkan dalam pelajaran ekstra tentang musik dan seni visual. Sedangkan 48 siswa sisanya hanya mengikuti pelajaran musik dan menggambar sesuai kurikulum standar.
Pada tahun yang pertama, keempat puluh delapan siswa yang mendapatkan pelajaran ekstra musik itu belajar untuk bernyanyi dalam sebuah paduan suara sekaligus melatih ketepatan menembak nada dan irama. Pelajaran itu menjadi pelajaran yang menyenangkan bagi mereka, sekaligus melatih kepekaan emosional mereka. Kemudian pada tahun kedua, Garinder memberikan kepada mereka pelajaran membaca partitur not balok.
Dari penelitiannya selama dua tahun itu, secara mengejutkan, Garinder menemukan peningkatan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang pesat pada keempat puluh delapan siswa yang mendapat jam ekstra. Dan hebatnya lagi, hal tersebut terjadi pada seluruh anak-anak baik yang tingkat kecerdasannya kurang maupun pas-pasan. Di lain pihak, pada anak-anak yang tidak mendapat jam ekstra, Garinder tidak menemukan perkembangan yang berarti dalam hal membaca, menuis, dan berhitung; apalagi jika dibandingkan dengan mereka yang mendapat jam ekstra musik.
Penelitian lain mengenai hubungan antara kecerdasan dengan otak dilakukan oleh Frances Rauscher dan Shaw. Mereka memberikan pelajaran piano dan bernyanyi kepada 19 anak selama kurang lebih delapan ( 8) bulan. Setelah itu, Shaw memberikan tes mengenai pelajaran trigonometri dan menggambar blok dua warna. Dan ternyata keterampilan anak-anak itu meningkat. Jadi terdapat respon positif dari pelajaran seni musik yang diberikan kepada mereka.
Antara Kepribadian Manusia dengan Musik
Pendidikan musik menyumbangkan banyak hal dalam perkembangan pribadi seseorang, apalagi jika pendidikan musik itu mulai dikenalkan pada anak sejak usia dini. Mereka yang mengikuti pendidikan musik terutama sejak dini akan memiliki kepribadian yang berkualitas.
Salah satu dari hasil dari pendidikan musik adalah bahwa dalam mencapai segala sesuatu dibutuhkan waktu serta proses, tidak bisa langsung jadi. Seseorang yang seperti itu, dalam kehidupannya sehari-hari memiliki prinsip untuk selalu berada pada jalan yang benar dan legal dalam mencapai keberhasilan hidupnya; ia tidak akan mencari jalan pintas yang buruk. Di zaman ini, banyak orang-orang menghalalkan segala cara untuk mencapai keberhasilan termasuk cara yang buruk, misalnya dengan cara menyontek, nepotisme, menyogok, dan banyak lagi.
Dan karena proses dan waktu yang harus dilalui itu tidak selamanya menyenangkan; bahkan kebanyakan menghasilkan rasa bosan dan malas, ia akan terbiasa dan belajar untuk menghadapi banyaknya tantangan serta rintangan dalam mencapai tujuannya. Orang yang terbiasa menghadapi banyak tantangan serta rintangan tidak akan mudah mengeluh dan berputus asa dalam menghadapi tantangan serta rintangan itu. Sebaliknya, ia akan terus berusaha mengatasi tantangan itu tanpa merugikan orang lain dengan caranya sendiri dan tidak bergantung pada orang lain. Jadi pendidikan musik juga sekaligus membuat seseorang menjadi pribadi yang mandiri dan tidak mudah goyah dalam prinsip. Mengapa? Sebab ia sudah memiliki cara-cara tersendiri dalam menghadapi tantangan dan rintangan melalui pengalamannya selama pendidikan musik.
Dalam pendidikan musik terdapat sejumlah besar peraturan yang menjadi konsensus (persetujuan) bersama. Terlebih pendidikan musik barat yang bersifat diatonis dan sangat sistematis Jadi seseorang yang belajar musik sudah tentu dan mau tidak mau, akan berhadapan dengan aturan-aturan itu. Ia akan terbiasa dan dididik untuk mematuhi aturan-aturan itu. Sikap ini akan meresap dalam pribadinya sehingga ia akan memiliki prinsip untuk selalu mematuhi serta menghormati peraturan-peraturan dan norma-norma yang ada dan berlaku dalam masyarakat tempat ia hidup. Ia pun akan menjadi pribadi yang memiliki disiplin yang tinggi.
Pendidikan musik pun akan melatih ketelitian seseorang dalam membaca suatu partitur lagu serta ketepatannya dalam membidik nada suatu nyanyian, misalnya. Hasilnya, dalam kehidupannya sehari-hari pun ia akan terbiasa untuk teliti dan tepat. Misalnya teliti dalam mengerjakan tugas, tepat waktu dalam menepati janji, dan sebagainya.
Bagi mereka yang mengikuti pendidikan musik dalam kelompok orkestra, hasil pendidikan musik bagi pribadi seseorang akan tampak lebih nyata lagi. Mereka yang tergabung dalam orkestra akan dilatih untuk bekerja sama. Sikap ini pun akan meresap dalam pribadinya sehingga ia menjadi pribadi yang dapat diajak bekerja sama dengan orang lain dan tidak menjadi orang yang terlalu individualis. Lebih dari itu ia akan menjadi orang yang dengan senang hati membantu orang lain.
Lewat musik-musik yang lembut dan harmonis, seseorang akan berkembang menjadi pribadi yang lembut dan harmonis pula. Karenanya seseorang yang mempelajari musik akan mencapai integritas antara pikiran (rasio) dan perasaan (emosi). Dalam kehidupannya sehari-hari, ia tidak hanya mendasarkan setiap perbuatan yang ia lakukan dengan rasio saja atau bahkan dengan emosi saja. Lebih dari itu, ia akan melakukan perbuatannya berdasarkan pertimbangan rasio dan emosi yang seimbang antara keduanya. Sehingga setiap yang perbuatan yang ia lakukan benar-benar berdasarkan suatu kebijaksanaan.
Musik juga dapat menjadi tempat pelampiasan emosi yang positif. Jadi bagi mereka yang mengikuti pendidikan musik, dapat melampiaskan emosi mereka secara positif, baik dengan memainkan alat musik maupun menciptakan suatu lagu. Terutama bagi mereka yang remaja, dimana emosinya masih labil, pelampiasan emosi secara positif sangatlah diperlukan. Jika remaja tidak memiliki tempat pelampiasan emosi secara positif maka mereka justru akan lari pada jalan yang buruk, misalnya dengan narkotika, mabuk-mabukan, dan banyak lagi.
Masih banyak lagi sumbangan pendidikan musik dalam perkembangan pribadi manusia ke arah yang lebih baik lagi, dan mungkin makalah ini tidaklah cukup untuk membahasnya satu persatu. Tapi yang jelas adalah bahwa pendidikan musik mengembangkan kepribadian mereka yang mempelajarinya ke arah yang lebih baik.
Pendidikan Musik Instrumental
Dalam hal pendidikan musik instrumental, sudah layak dan sepantasnya jika kita mencontoh bangsa Jepang sebagai sesama bangsa Asia. Berbeda dengan Jepang, Indonesia memulai pendidikan musik dalam bidang vokal. Sedangkan bagi kebanyakan masyarakat Jepang, pendidikan musik dengan instrumen sudah menjadi hal yang umum. Sayangnya, hasil pendidikan musik vokal tidak semaksimal dan sebaik dari hasil pendidikan musik instrumental. Kesimpulan ini didukung oleh hasil dari penelitian yang dilakukan Masaru.
Pernyataan sebagai hasil dari penelitian yang dilakukan Masaru Ibuka, seorang pemusik dari Jepang, agaknya sedikit berbeda dengan Garinder, Frances, dan Shaw (lih. Bab sebelummya). Dalam buku yang ditulisnya sendiri, yaitu: Kindergarten is Too Late, Masaru menyatakan bahwa pendidikan musik yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan potensi kecerdasan anak adalah pendidikan musik instrumental.
Masaru menawarkan dua macam metode dalam pendidikan musik instrumental untuk mengembangkan potensi kecerdasan anak. Metode yang pertama adalah dengan metode aktif. Alat-alat musik seperti piano, biola, ataupun gitar, seharusnya dikenalkan pada anak sedini mungkin; yang tepat adalah pada kurang lebih umur tiga sampai empat ( 3-4) tahun. Metode kedua adalah dengan metode pasif. Metode pasif diberikan pada anak-anak berumur kurang lebih lima sampai enam ( 5-6) bulan. Dalam metode pasif, anak hanyalah mendegarkan permainan musik atau rekaman musik tertentu. Karya-karya yang diusulkan oleh Masaru anatara lain, konserto-konserto Antonio Vivaldi, sonata-sonata Wolfgang Amadeus Mozart, konserto-konserto Ludwig van Beethoven, karya-karya Johan Sebastian Bach.
Jadi seharusnya kita mengenalkan instrumen-instrumen musik kepada anak-anak sejak dini serta memasyarakatkan pendidikan musik instrumental dalam masyarakat Indonesia ini. Sehingga seperti halnya Jepang, kita bisa memiliki gererasi yang unggul.
Sebagai kesimpulan, penulis sekali lagi mau menekankan pendidikan musik sebagai peningkat sumber daya manusia. Yang pertama dari segi kualitas kecerdasan manusia-manusia hasil dari pendidikan musik yang tinggi, terbukti bahwa pendidikan musik sangatlah penting. Sebab musik dapat menyeimbangkan otak kanan serta otak kiri manusia (lih. Bab 2). Kemudian pendidikan musik juga menghasilkan manusia yang memiliki kepribadian yang berkualitas. Kembali dibuktikan bahwa pendidikan musik sangatlah penting.
Manusia yang cerdas dan memiliki kepribadian yang baik, itulah cerminan manusia-manusia dari bangsa-bangsa yang sudah berhasil dalam mengembangkan sumber daya manusianya. Kombinasi dari kecerdasan yang tinggi serta kepribadian yang baik merupakan kata kunci dari sumber daya manusia yang unggul. Apakah bangsa Indonesia sudah mencapainya? Perlu diakui bahwa bangsa Indonesia belum mencapai sumber daya manusia yang unggul. Dari uraian pada bab-bab sebelumnya dan kesimpulan diatas, terbukti bahwa pendidikan musik dapat meningkatkan sumber daya manusia. Bahkan bangsa-bangsa yang maju bisa berkembang pesat berawal dari pendidikan musik yang baik. Maka kita (baca: bangsa Indonesia) pun perlu melangkah ke depan dengan bertitik tolak dari pendidikan musik yang baik. Sehingga pada akhirnya, kita bisa bisa menjadi bangsa dengan sumber daya manusia yang unggul yaitu generasi yang cerdas serta berkepribadian yang baik.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar